Matahari telah melintasi garis
tengah bumi, ketika kami berjalan melalui jalan tanah dalam udara yang panas,
kami mendengar suara nyaring dengan gaya lagu yang bagus monoton memenuhi
angkasa di sekitar kami. Kami melintasi satu daerah yang penuh pohon-pohonan,
ketika tiba-tiba kami melihat suatu pemandangan yang mengherankan yang hampir
mata kami tidak mempercayainya. Seorang Arab yang buta, mengenakan pakaian yang
bersih berserban putih, berdiri di atas menara kayu yang nampak baru,
seakan-akan dia menghadapkan suaranya ke langit. Tanpa kami sadari, kami
terduduk, seakan-akan langgam suaranya itu secara hipnotis telah menyihir kami.
Adapun kata-katanya yang sedikitpun tidak kami mengerti ialah: ALLAHU AKBAR
ALLAHU AKBAR !!! LAA ILAAHA ILLALLAH !!!
Segala sesuatu di sekitar kami
tenang, tidak ada yang memperdulikan pandangan kami. Akan tetapi sesudah suara
itu berakhir, kami melihat banyak orang berdatangan dan berkumpul terdiri dari
berbagai tingkat usia dan berbagai macam pakaian, dan jelas kelihatan bahwa
mereka terdiri dari berbagai macam tingkat sosial. Mereka berbondong-bondong
dengan sikap tenang dan khusyuk, lalu mereka menggelar tikar. Orang banyak
berdatangan ke tempat itu, sehingga kami menjadi bertanya-tanya kapankan
selesainya pertemuan ini?
Mereka
pada membuka sandal dan duduk berjejer dalam barisan-barisan yang panjang, yang
satu di belakang yang lain. Tidak habis-habisnya keheranan kami dan tetap diam
membisu, karena tidak ada sesuatu tanda tentang tujuan pertemuan ini, yang
banyak menghimpun banyak orang kulit putih, kulit kuning dan kulit hitam,
orang-orang fakir miskin, orang-orang kaya, peminta-minta dan pedagang; yang
satu duduk berdampingan dengan yang lain, tanpa membeda-bedakan unsur
kemanusiaan atau kedudukan sosial. Tanpa kami perhatikan bahwa seseorang di
antara yang berkumpul ini mengangkat matanya di atas orang banyak yang ada di
mukanya.
Jiwa
persaudaraan yang meliputi pertemuan orang dengan segala perbedaannya ini telah
meninggalkan kesan yang tidak mungkin terhapus dari jiwa kami. Dan sekarang,
setelah lewat kurang lebih tiga tahun sejak peristiwa itu yang dua tahun di
antaranya saya telah menjadi seqrang Muslim, saya tidak habis-habisnya
menemukan jiwa saya terbangun dari tidur di tengah malam untuk mendengar lagi
suara dan seruan yang indah dan menarik itu, dan selalu saya melihat pertemuan
orang banyak yang nampak semua berwajah utama menghadap dengan sepenuh hati
mereka yang dalam kepada Tuhan Al-Khalik.
0 comments:
Posting Komentar